Jumat, 01 Februari 2008

Surat Cinta untuk Pak Harto & Pak Karno

aku ingin menyampaikan surat dari Indonesia, bahwa aku mencintaimu.
Aku mencintaimu, karena konon katanya engkau sangat kejam.
Aku mencintaimu, karena konon katanya engkau sangat berjasa.
Aku mencintaimu, karena konon katanya engkau tidak adil memperlakukan Pak Karno dan keluarganya.
Aku mencintaimu, karena engkau, Pak Karno, dan aku sama-sama putra Indonesia,
sama seperti mereka, yg telah menikmati kekayaannya yang diperoleh secara syah maupun tidak syah dari bumi Nusantara ini,
sama seperti mereka yg telah memanfaatkan kelemahan dan kekuatanmu, maupun mereka yg setia berlindung di balik ketiakmu,
sama seperti mereka, yg tidak punya tempat tinggal, yg lemah hukum, yg selalu menjadi obyek dan korban janji-janji dalam setiap pemilu,
sama seperti yg lain, yang lahir di bumi pertiwi ini;
yg telah melepaskan Timor Timur,
yg telah menyerahkan Sipadan dan Ligitan,
yg telah membalikkan garis tangan PNS; maupun mereka,
yg telah menyejajarkan harga minyak dalam negri dengan harga internasional.
Aku mencintaimu, karena kita semua adalah putra Indonesia.

Pak Karno,
Aku juga mencintaimu.
Aku mencintaimu, karena jasa-jasamu, karena engkaulah aku menjadi Indonesia.
Aku mencintaimu, karena jiwa nasionalismemu, karena kebesaranmu.
Aku mencintaimu, karena kelemahanmu,
yg konon katanya tidak berhasil menumpas pemberontakan di berbagai daerah,
yg konon katanya tidak berhasil meredam bunyi keroncongan perut rakyat,
yg konon katanya gampang luluh di sudut kerling wanita,
Aku mencintaimu, karena bagiku, dalam hal tertentu Bapak sama seperti Pak Harto,
yg berhasil dan yg gagal,
yg berhasil memimpin Indonesia dalam kurun waktu lama,
yg gagal menciptakan system regenenerasi kepemimpinan nasional,
yg pemerintahannya berakhir secara dramatis.
Aku mencintai Bapak berdua, sebagaimana aku juga sedang belajar untuk mencintai mantan pemimpin negri ini yg lain, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Bapak perlu tahu, untuk bisa menyatukan Bapak berdua dalam hatiku, bukanlah perjuangan mudah. Karena sejak sekian lama, sejak kecil, aku selalu diadu domba, aku selalu ditarik ke kiri dan ke kanan. Ditarik oleh kepentingan mereka yg Prosukarno-Antisuharto, dan Prosuharto-Antisukarno. Aku diajari untuk menjadi seperti mereka, untukmenjadi pro dan kontra. Kini, atas nama demokrasi, aku juga sedang ditarik ke atas dan ke bawah, antara Pro dan Anti Pemerintah.

Tetapi, apapun yg terjadi, terlepas dari segala permasalahan hukum dan kebenaran, aku tetap mencintai dan menghormati Bapak berdua dan para pendiri bangsa yang lain pula, sebagaimana aku saat ini mencintai Indonesia. Bagiku, hukum adalah hukum, kebenaran adalah kebenaran. Tetapi cinta adalah cinta. Karena hanya dengan begitulah, aku yakin, energyku bisa kufokuskan untuk masa depanku, untuk negriku, Untuk Indonesia.

Salam cinta.
Oleh : St. Sutrisno

Tidak ada komentar: